THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Jumat, 26 September 2008

Bloody Serviam The Truth

kisah ini terjadi setelah kira-kira 1 bulan setelah aku putus, dan mulai dari sekarang apa yang akan kuceritakan mungkin tidak akan sesuai urutannya, aku hanya mengikuti kata hatiku apa yang harus kutulis untuk kalian semua, fakta-fakta yang selama ini tersembunyi dalam lubuk hatiku.

hari itu hari sabtu, aku terbayang sebuah lelucon. lelucon yang sudah beberapa kali kucoba lontarkan ke chrissy(selanjutnya akan kusebut cisi). ya malam itu dengan iseng dan penuh tawa aku mengerjai dirinya untuk kesekian kali.
"cisi lo ingetkan yang dulu gw ngerjain lo, gw bilang ada yang gw suka, sebenernya gw ga boong" aku sudah mulai tertawa saat itu, aku berusaha membuat alur pembicaraan serius meskipun saat itu aku masih tertawa-tawa, sampai akhirnya aku berkata," cisi yang gw suka tuh lo, lo mau kan jadi cewe gw?" aku tertawa tak karuan saat itu, dy menolakku dengan alasan aku hanya berbohong lagi, memang benar aku berbohong, tapi aku pun tak mengakhirinya disitu, aku blok contact msn dy seakan-akan aku sudah offline. ya, aku mengatur panggung sandiwara dalam suasana marah.

hari minggu aku hanya menyampaikan sedikit kata-kata ke cisi, kata-kata yang menunjukkan aku yang kesal. dengan sengaja aku mengajak mantan kekasihku untuk ikut bermain skenario denganku. dy ambil bagian ketika di sekolah hari senin, dy pura-pura tidak tahu akan hal tembak-menembak yang aku lakukan. semua berjalan lancar saat itu. siang hari pun ketika di rumah aku online lewat HP, aku tunggu sekitar setengah jam sampai akhirnya aku tulis di Private Message ku, "kesian gw lama-lama, cisi kamu lagi-lagi kena deh" aku yang tak tahan tertawa terbahak-bahak saat itu. tapi tanpa kusadari ketika hari makin sore, pukul 5 sore tepatnya, mantanku sms memakai HP temannya, katanya cisi nangis gara-gara itu. aku lekas online lagi. ya, aku dikagetkan dengan fakta bodoh yang cisi tuliskan di PMnya" 1 monyet ketipu, tinggal 1 lagi", aku sudah sadar saat itu, cisi sudah membalas mantanku sebelum aku bisa menghentikannya, aku coba untuk menggempur balik, seperti biasa aku memunculkan sifatku yang masa bodo. tapi semakin malam, suasana makin tak dapat kukendalikan, mantan kekasihku menangis akibat ulahku, dan lagi-lagi aku berusaha menghapus air mata yang aku buat, selalu saja begitu, "udah jangan nangis lagi, kamu makan dulu gih biar aku yang urus ini semua" akhirnya aku selesai dengan cisi, aku melepas masalah itu begitu saja. aku masuk ke kamar aku smsan dengan mantanku, dy masih menangis, belum dapat memaafkan kesalahannya.

dari sini lah masalah, awal kehancuran hubunganku dengan dirinya yang sampai sekarang semakin tak karuan. "lihat perbuatan lo, dasar bego, bagus kan sekarang dy jd nangis" aku tersentak, "bagaimana Dia bisa muncul kembali" pikirku.
"emang lo ga pernah berhenti ya berbuat hal-hal tolol"
"jangan ganggu gw sekarang" aku menggeram dengan nada mengancam
"kenapa? kan lo yang kalah ma gw. masa ga inget? jangan cari ribut deh"
orang yang kucintai masih menangis, dan Dia memanas-manasiku. aku makin tak karuan emosiku tak dapat lagi kuredam, tembok pun menjadi saksi bisu rasa sakit dari pukulan-pukulan yang kulancarkan. merah...
"haha ngapain lo mukul-mukul tembok? sakit kaleee, dasar bego"
tak berhenti, aku makin keras saja. namun Dia tak kunjung berhenti menganiaya pikiranku yang labil, aku menghentak meja belajar, dapat kulihat ada satu benda kecil, benda yang memantulkan cahaya silau dari lampu kamarku. Serviam. aku yang tak mau melempar emosiku ke mantanku berusaha menyadarkan diriku dari kuasa Dia.
satu, masih pelan
dua, belum.. Dia masih belum pergi
tiga, aku mulai makin kesal dengan bualannya
empat, sentakanku yang semakin keras
lima,enam,tujuh, aku mengeluarkan sisa tenagaku
delapan, Dia mulai pergi dari pikiranku
sembilan, aku tebaring lemah di kasur kerasku
sembilan buah goresan tumpul dan keras menghujam pergelangan lengan kiriku.
merah pekat, panas, perih, dan rasa puas ketika akhirnya untuk pertama kali dalam hidupku aku berhasil mengusir kehadiran Dia dalam diriku. aku yang saat itu menangis kesakitan mencoba untuk online sejenak menggunakan HP, dan perlu dicatat aku tak meneteskan setetes darahpun. jadi tolong yang selama ini melebih-lebihkan apa yang mereka tahu untuk mengganti paradigma yang telah kalian terima. rupanya cisi sudah berdamai dengan mantanku. aku menyesal saat itu, aku yang tak punya rasa tanggung jawab sama sekali, ingin sekali lagi aku goreskan pin kecilku itu, tetapi aku sadar kalau kali ini aku melakukannya aku hanya akan menambah kesalahanku, berbeda dengan ketika aku melakukannya untuk mengusir Dia, aku rasa memang itu yang terbaik untuk diriku, tolong untuk yang selama ini melihat kejadian seseorang menggores atau menyilet tangan sebagai orang bodoh yang ga punya akal sehat untuk berfikir jauh lebih luas lagi, karena memang rasa sakit ini ngga akan pernah bisa kujelaskan sebelum kalian mengalaminya. akhirnya malam itu aku tertidur, dengan rasa sakit di tanganku dan di hatiku.

keesokan paginya, istirahat pertama hari selasa, aku bertemu dengan cisi sesuai yang dijanjikan. mantanku beserta teman-temannya juga ikut. ya cisi mengakuinya bahwa memang dy juga bermain sandiwara kemarin, aku yang melemparkan tawa-tawa kecil berusaha menyembunyikan rasa sakitku ketika berada di dekat sang kekasih, aku tak ingin dy tahu ini terlalu cepat, pasti hanya hal-hal jelek yang dy pikirkan nantinya.

seminggu penuh aku menyembunyikan hal ini, sampai hari minggu aku cetting dengan 2 orang temanku, yang tak disangka salah satunya menebarkan cerita ini dengan versi lain, versi yang ia tangkap, bukan versi yang aku rasakan kepada mantanku dengan teman-temannya. aku bisa melihat muka mantanku yang penuh pertanyaan di kelas, sesekali aku mengerling ke wajahnya. "sudah ketahuan rupanya" aku berusaha mempersiapkan diri, aku mencoba untuk bisa menerima penolakan keras dari dirinya. siang itu aku smsan dengan dirinya.
hari terakhir aku memakai "aku" dan "kamu" di pesan singkat kami. dugaanku benar, dy tak bisa menerima perbuatanku, namun sayang apa yang dy tahu tidak seperti yang aku rasakan.
sejak hari itu, aku mulai menempuh beban yang lebih berat, tak ada jam tanpa dirinya di pikiranku. sampai hari ini aku masih selalu berharap aku bisa memperbaiki imej-ku di mukanya. aku selalu berharap dy masih mau menerimaku di sisinya, aku tak takut akan harapan kosong, kalau memang perlu aku akan berharap terus sampai sakit lahir batin, karena aku masih tak bisa terima kenyataan yang ada. terkadang lontaran-lontaran kata yang semustinya baik apa adanya justru berakhir buruk di pikiranku. aku hanya ingin seperti dahulu lagi...


P.S.
sampai saat ini dan mungkin ketika mantanku membaca post ini dy baru tahu apa yang kurasakan, tetapi tetap saja, penolakan adalah penolakan, apa yang dy baca mungkin hanya menjadi omong kosong belaka di pikirannya, harapan-harapan pengemis hati yang berharap perubahan berarti.

-bloody serviam never tells the truth, it's heavy to put it on your shoulder, every single day in 1 week for the rest of my school day-

-Lumi-27.9.2008-11:29

1 komentar:

sastramahadaya mengatakan...

hay,
bwd cerpen gyh,
dengan modal kata-kaa lo yang lebay,
hem,
keren kayaknyah...