THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 25 September 2008

Poem of Lucient The Beast

aku terlahir, aku dapat melihat teriknya sinar mentari
putih, dingin, lembut, aku lahir di antara salju
aku yang belum bisa mengedipkan mata di usia beliaku
aku yang menunggu di kegelapan semak-semak
menunggu akan datangnya sang ibunda
ibuku yang sudah datang dengan hasil buruannya
segar, aku dapat rasakan amis dan legitnya daging rusa segar itu

aku menatap ke langit-langit pinus
cahaya silau menghujam celah diantara dedaunan pinus
"kristal" aku melihat kristal es raksasa terbentuk oleh cahaya itu
ibuku menjilatiku. "cepat habiskan sarapanmu"
dia berkata demikian dari paras matanya.

hari-hariku mulai beranjak dewasa
aku ikut berburu dengan ayah dan ibundaku
daging rusa memang tak ada tandingannya

aku yang memamerkan helaian bulu putihku
aku yang berusaha memikat para betina
tak sadar akan kejadian itu

"lihat itu! cepat tembak yang besar!"
desingan peluru menembus perut ibu dan ayahku
aku serta kawananku lari melintas perdu tajam
saat kusadari aku sudah berada di perkemahan manusia
aku yang kelelahan tertidur

aku bangun, mataku yang masih belum sadar sepenuhnya
"kaukah itu.."
aku berlari menerjang ke tengah-tengah kelompok manusia
kecantikan betina diantara para pemburu
aku melihat dia, tersandar pulas di batu besar.
"teman, temanku, hai sobat kecil, bangun, banyak pemburu disini"
aku mendorongnya pelan dengan rahangku
aku coba menggoyangkan kakiku di punggungnya
"ayo bangun mereka bisa membunuh kita"
para pemburu berdarah panas sudah siap dengan laras senapannya
aku menarik kakiku kembali,
kaki putihku bersimbah darah, darah hangat masa kecilku
aku tak menyerah, kucarikan daging dari kemah manusia
"ayo makan, kamu harus pulih, kita harus pergi"

saat kucoba diam sejenak dan melihatnya mati perlahan
"jangan diam saja ayo pergi, kita ga boleh nyerah"
lolonganku yang keras diikuti tangis dingin di mataku

"auuuuuuuuu"
aku tak henti-hentinya menabrakkan tempurungku ke tubuhnya
aku berharap dia datang kembali padaku
"tring ting ting.."
aku bisa mendengar bunyi selongsong peluru
selongsong siap tembak yang jatuh di atas lantai batu yang tertutup es
aku tak sendiri...
para jagoan bertubuh besar tersebut menangisi nasib temanku
dan aku yang menangisi kepergiannya

aku dengan air mata beku-ku
kuseret tubuh kecil berlapis darah itu
aku coba kabur dari kerumunan itu
tapi para pemburu justru maju perlahan mengikutiku
tak lama mereka menjamah tubuh mati itu
mereka menggotongnya...
aku dengan geraman seadanya mencoba mengancam mereka
aku mengancam mereka untuk menjatuhkan tubuh temanku
mereka tak berhenti berjalan
sampai di bawah sebuah pohon cemara
cemara yang hampir mati karena dinginnya suhu
mereka mengubur jasad temanku
aku yang duduk melongo diam tertunduk

mereka mendatangiku
salah seorang dari mereka merangkulku
aku dikalungi sebuah tag biru
"Lucient"
"kau tak sendiri lagi kawan"
sejak itu aku berburu dengan para manusia
aku melindungi mereka
aku menemani mereka di kemah hijau kecil mereka.
aku yang selalu mengingat pagi berdarah itu

-Lumi-25.9.2008-21:22

0 komentar: